Selasa, 18 Agustus 2009

MEMBUANG WAKTU DAN SUKA TERLAMBAT


Banyak orangtua yang mengeluh bahwa anak mereka suka membuang-buang waktu, bermalas-malasan dan menunda-nunda pekerjaan. Anak-anak menggunakan waktu secara tidak efektif, menyia-nyiakan waktu begitu saja tanpa melakukan apapun, atau membiarkan suatu tugas terbengkalai hingga waktu tertentu.

Beberapa perilaku yang termasuk dalam kategori problem ini adalah :

  • Lesu, tidak aktif, tidak energik, segan beraktivitas.
  • Menghabiskan waktu dengan bersantai-santai, tidak mengisi waktu dengan kegiatan yang berguna.
  • Sengaja menunda tugas yang seharusnya dilakukan saat ini.
  • Sering terlambat.

Tolok ukur
Sebelum memutuskan bahwa anak mengalami permasalahan perilaku ini, orangtua perlu melihat terlebih dahulu bagaimana pemahaman anak mengenai konsep waktu. Meskipun kondisi tiap anak berbeda-beda, pada kenyataannya, banyak anak yang belum sungguh-sungguh memahami konsep waktu hingga usia 10 tahun. Oleh karena itu, sebelum anak berusia 10 tahun, tidaklah tepat jika orangtua menuntut anaknya bisa mengatur waktu dengan baik. Pada usia 6, 7, 8 tahun, anak masih memerlukan bimbingan dari orang dewasa untuk merencanakan sesuatu, mengerjakan tugas tepat waktu, atau bersiap agar tidak terlambat.


Faktor Penyebab
Adanya konflik psikologis pada diri anak
Anak ingin menentang tekanan kekuasaan orangtua. Anak mempunyai keinginan untuk menjadi mandiri dan mempunyai kuasa dalam jumlah tertentu. Jika anak merasa terlalu dikontrol atau diperintah oleh orangtua, anak akan mencari cara di mana ia bisa ganti menundukkan orangtuanya. Anak biasanya mengetahui bahwa dengan sengaja menunda-nunda waktu atau bermalas-malasan, ia berhasil membuat orangtuanya merasa frustrasi, sehingga karenanya cenderung mengembangkan perilaku ini lebih lanjut.
Anak marah kepada orangtua sehingga berusaha memberontak secara pasif. Anak ingin membalas orangtua karena merasa kesal pada orangtua yang sering menghukum atau memarahinya. Pemberontakan ini ditunjukkan oleh anak tidak secara langsung, melainkan secara terselubung, yaitu dengan cara sengaja menunda-nunda pekerjaan atau mengulur-ulur waktu. Pada anak-anak yang egois dan keras kepala, semakin mereka dimarahi, mereka justru akan semakin menjadi keras kepala.
Anak menghindari situasi yang tidak nyaman. Keterlambatan, seringkali merupakan cara yang digunakan anak untuk menghindar dari situasi yang tidak disukai atau situasi yang menimbulkan kecemasan dan ketidaknyamanan. Banyak anak yang bermalas-malasan bangun di hari sekolah, namun ketika libur, mereka bangun dengan penuh semangat. Ini adalah contoh bahwa penyebab anak suka mengulur-ulur waktu adalah keinginan mereka untuk menghindari sebuah situasi yang tidak disukai. Anak-anak yang perfeksionis, sering merasa cemas ketika mereka tidak yakin berhasil, sehingga saat berhadapan dengan tugas-tugas yang mereka anggap mengandung risiko gagal, mereka lebih suka menghindar dengan mengulur-ulur waktu tanpa berbuat apa-apa.
Adanya sikap meremehkan waktu
Dalam beberapa keluarga, waktu tidak dianggap sebagai sesuatu yang berharga, sehingga anak pun mengembangkan perilaku tidak menggunakan waktu dengan bijaksana. Anak terbiasa dengan pola hidup keluarga yang tidak disiplin dan tidak pernah mendapat teguran dari orangtua saat terlambat atau mengulur-ulur waktu.
Sifat bawaan anak
Ada anak-anak yang memang terlahir dengan sifat bawaan lamban (slow moving). Bagi mereka ini, pelan-pelan adalah ritme alami mereka. Mereka bergerak, beraktivitas dengan tempo perlahan-lahan.

Langkah untuk Mengatasi
Diskusi untuk memecahkan masalah
Melalui diskusi, orangtua berusaha memahami apa permasalahan yang dihadapi anak yang menyebabkannya bertingkah laku membuang-buang waktu. Orangtua mengemukakan kepada anak bahwa perilakunya membuang-buang waktu menimbulkan akibat-akibat yang tidak baik, bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Kemudian, anak diajak untuk memikirkan juga bagaimana seharusnya ia mengubah kebiasaannya tersebut. Dalam diskusi ini, diusahakan agar anak menyadari bahwa kebiasaannya membuang-buang waktu bukanlah sesuatu yang tepat, dan diharapkan selanjutnya anak mau mengubah kebiasaannya dengan kesadaran dan kehendaknya sendiri.
Membantu anak bangun tepat waktu
Orangtua bisa membantu anak untuk bangun tepat waktu dengan cara-cara berikut :
Memasang alarm dengan bunyi musik yang disukai. Alarm HP bisa dirancang untuk mengeluarkan bunyi berupa lagu kesukaan.
Menyetel lagu yang disukai anak di pagi hari.
Membuka jendela untuk membiarkan udara segar masuk ke dalam kamar.
Melatih anak melakukan ritual dengan lebih cepat
Anak bisa diajak untuk menetapkan batasan waktu untuk melakukan suatu aktivitas yang biasanya dilakukannya dengan berlama-lama. Misalnya anak yang biasanya menghabiskan waktu 30 menit untuk berpakaian dan berdandan, bisa diajak untuk mengurangi waktu yang dibutuhkannya, misalnya menjadi 20 menit. Anak bisa diberi stopwatch atau timer untuk memantau dirinya sendiri dalam usaha menepati target batas waktu yang telah ditetapkannya. Akan tetapi, jika anak masih kecil, orangtua bisa membantu anak dengan mengingatkan berapa banyak waktu yang telah lewat, atau kurang berapa menit lagi dari batas waktu yang telah ditetapkan, misalnya “Sudah 5 menit”, “Kurang 3 menit lagi”.
Memotivasi anak dengan sistem poin atau perjanjian
Orangtua bisa mengadakan perjanjian dengan anak bahwa jika anak memenuhi kewajibannya untuk melakukan tugas-tugasnya, ia bisa memperoleh suatu hadiah. Misalnya anak dijanjikan bahwa jika setiap pagi ia tidak terlambat berangkat ke sekolah, di akhir minggu akan diajak pergi bermain di Water Park. Sistem perjanjian ini juga bisa digunakan untuk membuat anak yang tidak aktif menjadi aktif. Orangtua menetapkan dalam hal apa saja anak diharapkan melakukan suatu aktivitas, kemudian memberikan hadiah jika anak melakukan aktivitas-aktivitas yang diharapkan tersebut. Misalnya anak yang suka bermalas-malasan diharapkan mau membantu membereskan tempat tidur, menata meja makan, membuang sampah dari dalam rumah ke bak di depan rumah, maka orangtua membuat tabel untuk mencatat tiap kali anak melakukan tugas-tugas itu, dan di akhir waktu yang sudah ditentukan, jika anak mencapai target yang sudah disepakati, orangtua memberinya hadiah. Orangtua tidak perlu kuatir bahwa anaknya akan tergantung pada pemberian hadiah seperti ini. Pemberian hadiah bisa segera dihentikan, karena biasanya anak akan menemukan kesenangan atau kepuasan dari menyelesaikan tepat waktu apa yang seharusnya dikerjakan tersebut.
Mengajarkan self-talk kepada anak untuk memotivasi dirinya sendiri
Anak yang suka mengulur-ulur waktu karena merasa cemas menghadapi situasi yang tidak nyaman, bisa diajak untuk membiasakan diri melakukan self-talk atau berbicara kepada diri sendiri untuk menyemangati diri. Misalnya, “Hari ini sekolah pasti akan lebih menyenangkan,” atau “Kalau aku segera menyelesaikan ini, aku akan lebih lega saat pergi bersama keluarga nanti.” Pada anak yang suka mengulur-ulur waktu karena takut kalau dirinya tidak sempurna mengerjakan tugas, bisa diajari untuk mengatakan kepada dirinya sendiri, “Aku tidak harus sempurna selamanya, tidak apa-apa kalau sesekali gagal.”
Mengkondisikan suasana yang nyaman dan menyingkirkan gangguan-gangguan yang menyebabkan anak menghindar dari tugas yang harus dilakukannya
Seringkali anak mengulur-ulur waktu untuk mengerjakan apa yang menjadi kewajibannya karena ia lebih asyik dengan hal-hal yang menarik minatnya, misalnya anak lebih suka menonton televisi daripada mengerjakan PR-nya. Beberapa aktivitas yang sesungguhnya merupakan kewajiban anak, memang tidak menarik dan tidak disukai anak. Orangtua bisa mengatasi hal ini dengan menciptakan suasana yang lebih nyaman untuk anak melakukan aktivitas yang diharapkan tersebut dan menyingkirkan hal-hal yang bisa mengganggu anak. Misalnya, orangtua bisa mengatur ruang belajar yang menyenangkan, menempatkan meja dan kursi belajar di taman, mematikan televisi pada jam belajar, tidak membiarkan adik mengganggu kakaknya belajar.
Mengajari anak untuk menghadiahi dirinya sendiri
Anak diajari untuk memberi hadiah kepada dirinya sendiri setelah menyelesaikan kewajibannya. Selain bisa memotivasi diri anak sendiri, hal ini juga membantu anak untuk lebih mampu mengelola dirinya sendiri. Sebagai contoh, anak bisa berjanji kepada dirinya sendiri untuk menonton film kesukaan setelah menyelesaikan PR, dan kemudian sungguh-sungguh menepati janji itu.
Membiarkan anak mengalami konsekuensi negatif dari perilakunya
Ada baiknya jika orangtua membiarkan anaknya merasakan sendiri akibat negatif dari perilakunya yang suka membuang-buang waktu, berlama-lama, atau menunda-nunda pekerjaan. Anak yang tertinggal antarjemput, bisa menjadi jera dan selanjutnya berusaha untuk bangun lebih pagi. Jika orangtua selalu membantu anak untuk mengatasi masalah yang timbul dari kebiasaan buruknya ini, anak bisa menjadi lebih bersandar pada orangtua dan enggan mengubah kebiasaan buruknya.
Memberikan teladan menghargai waktu
Orangtua perlu menunjukkan kepada anak perilaku-perilaku yang menghargai waktu, yaitu menggunakan waktu dengan efektif untuk melakukan berbagai kegiatan yang berguna. Peribahasa menyesatkan, seperti “Masalah akan berlalu dengan sendirinya,” atau “Orang akan lebih menikmati hidup dengan bersantai-santai,” perlu dihindarkan dari anak.

Yang perlu diperhatikan, mengomeli anak atau memarahi anak biasanya tidak akan efektif untuk mengubah kebiasaan buruk anak yang berlamban-lamban atau suka membuang-buang waktu. Sebaliknya, justru anak akan lebih terbuka untuk mau mengubah kebiasaannya jika keluarga memberikan atmosfer yang positif, yang mendukung anak dengan positif untuk perlahan-lahan berubah.



Sumber inspirasi :

Schaefer, C.E., Millman, H.L. 1981. How to Help Children with Common Problems. New York : Van Nostrand Reinhold Company.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kesediaan Anda memberikan komentar. Komentar yang Anda berikan akan sangat bermanfaat bagi saya dalam mengembangkan tulisan-tulisan saya.