Selasa, 18 Agustus 2009

KURANG KONSENTRASI


Rentang perhatian seorang anak bisa diukur dari berapa lama ia bertahan pada suatu aktivitas. Anak yang betah melakukan aktivitas selama waktu yang cukup lama, tanpa beralih pada aktivitas yang lain dan tidak mudah terganggu oleh stimulus-stimulus lain, dikatakan mempunyai kemampuan konsentrasi yang baik. Berkonsentrasi membutuhkan kemampuan untuk memfokuskan diri dan juga kemampuan untuk menyaring stimulus yang tidak penting. Pada anak-anak yang mengalami kelemahan dalam hal konsentrasi atau pemusatan perhatian, mereka kurang mampu membedakan antara stimulus utama yang harus diperhatikan dengan stimulus-stimulus lain yang tidak penting, sehingga akibatnya, mereka mengalami kesulitan untuk memfokuskan diri secara efisien pada informasi penting atau kegiatan yang utama yang sedang digeluti.

Kemampuan konsentrasi berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak yang lain. Akan tetapi, kemampuan ini cenderung meningkat sejalan dengan kematangan usia anak. Semakin besar, anak semakin mampu memilah-milah materi mana yang harus diperhatikan, dan materi mana yang harus diabaikan. Anak usia 2 tahun mampu berkonsentrasi kira-kira selama 7 menit, anak usia 3 tahun selama 9 menit, anak usia 4 tahun selama 12 menit, dan anak usia 5 tahun mampu berkonsentrasi selama 14 menit.
Tanda
Seorang anak dicurigai mempunyai kelemahan dalam hal konsentrasi bila ia menunjukkan beberapa perilaku sebagai berikut :

-Berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas lain secara tidak terkontrol.
-Berhenti melakukan aktivitas karena terganggu oleh stimulus lain yang didengar atau dilihatnya.

-Hanya bertahan pada tiap aktivitas dalam waktu yang singkat, dan aktivitas yang dikerjakannya kebanyakan tidak tuntas.

-Sering kehilangan barang-barang kepunyaan, atau lupa menaruh barang-barang sehingga kesulitan mencarinya di kemudian hari.



Faktor Penyebab

Kelemahan konsentrasi disebabkan karena beberapa faktor :

Adanya gangguan perkembangan neurologis
Perkembangan yang terlambat atau disfungsi pada otak bisa menyebabkan kekurangmampuan berkonsentrasi.

Perasaan cemas atau tidak aman yang dialami anak
Perasaan tidak aman mengganggu anak untuk memusatkan perhatian pada suatu aktivitas. Perasaan tidak aman ini biasanya disebabkan karena mereka merasa kurang kompeten, akibat sering mengalami kegagalan atau akibat terlalu sering mendapat kritik. Anak yang merasa tidak aman cenderung menjadi kurang percaya diri, tidak gigih mencoba, dan sering menghentikan aktivitas tanpa menyelesaikannya. Mereka menghindari risiko gagal dengan tidak menyelesaikan tugas. Kecemasan dihindari dengan cara tidak memperhatikan dan berganti-ganti aktivitas.

Sifat anak yang tidak sabar dan kurang matang.
Pengendalian diri dibutuhkan untuk tetap bertahan memfokuskan diri pada suatu hal. Anak-anak yang memiliki sifat tidak sabar dan yang kurang matang memiliki pengendalian diri kurang baik, sehingga ketika timbul minat untuk melakukan aktivitas yang lain, mereka pun segera meninggalkan aktivitas yang sedang dikerjakannya dan menuruti keinginannya melakukan aktivitas yang lain.


Langkah untuk Mengatasi
Mengurangi gangguan
Orangtua bisa menolong anak agar mereka lebih mudah berkonsentrasi dengan cara menyingkirkan gangguan-gangguan yang bisa mengacaukan konsentrasi anak. Sebagai contoh, karpet dan pelapis dinding kedap suara bisa dipasang untuk meredam suara-suara luar, barang-barang bisa disimpan di dalam lemari tertutup sehingga tidak langsung terlihat oleh anak, meja dirapikan sehingga alat tulis tidak berserakan. Yang perlu diperhatikan, sekalipun orangtua memodifikasi lingkungan, anak nantinya harus tetap dibiasakan pada situasi normal. Oleh karena itu, secara perlahan-lahan, seiring dengan semakin meningkatnya kemampuan konsentrasi anak, orangtua menghadapkan anak pada situasi yang semakin banyak mengandung stimulus pengganggu.

Melatih konsentrasi melalui aktivitas yang menarik
Awalnya, orangtua bisa memberikan materi-materi yang menarik bagi anak sehingga anak lebih mudah berkonsentrasi, kemudian, untuk melatih anak, secara berangsur-angsur anak dihadapkan pada materi-materi yang kurang disukai anak. Orangtua juga bisa melatih ketahanan anak terhadap gangguan melalui permainan, misalnya orangtua menantang anak untuk tetap serius memusatkan perhatian pada tugasnya, sementara ketika anak berusaha berkonsentrasi, orangtua mencoba mengganggunya atau menggodanya dengan mengeluarkan suara-suara.

Memberikan tugas yang terstruktur
Tugas yang diberikan kepada anak hendaknya jelas dan spesifik, serta tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mengerjakannya. Setelah rentang konsentrasi anak meningkat (anak mampu memusatkan perhatian selama jangka waktu yang lebih lama), barulah bisa diberikan tugas-tugas yang membutuhkan waktu pengerjaan lebih lama. Katakan kepada anak, berapa lama ia harus mengerjakan tugasnya. Sediakan jam digital atau timer agar anak sendiri bisa mengetahui kapan target waktunya tiba atau kapan ia boleh beranjak dari tugasnya. Dalam memberikan instruksi, orangtua hendaknya memberikannya secara singkat, jelas, dan spesifik. Berbicara panjang lebar yang tidak perlu hanyalah akan membuat anak bingung dan tidak berkonsentrasi. Oleh karena anak yang mudah terganggu konsentrasinya sulit menolerir perubahan, maka lebih baik jika orangtua menyediakan rutinitas, atau membuat agar kegiatan sehari-hari terjadwal.

Memberikan perhatian atau hadiah kepada anak atas usahanya memusatkan perhatian
Orangtua bisa memotivasi anak untuk meningkatkan rentang konsentrasinya dengan cara memberikan perhatian positif atau hadiah tiap kali anak berusaha memusatkan perhatiannya. Puji anak ketika anak bisa berkonsentrasi pada suatu hal selama rentang waktu tertentu, bahkan meski anak baru bisa berkonsentrasi selama rentang waktu yang sangat pendek sekalipun.
Metode ‘perjanjian dengan anak’ bisa juga diterapkan. Sebagai contoh, orangtua bisa memberikan poin 5 jika anak memandang materi tugas, poin 10 jika anak mengerjakan tugas, dan poin 15 jika anak menyelesaikan tugasnya. Poin-poin itu bisa dikumpulkan dan di akhir waktu perjanjian, ditukar dengan hadiah yang menarik bagi anak.

Memupuk perasaan kompeten pada diri anak
Apabila anak mengalami kesulitan berkonsentrasi akibat perasaan tidak aman yang mengganggunya, orangtua bisa menolong dengan cara memupuk perasaan kompeten anak, sebab anak yang merasa kompeten atau mampu cenderung lebih memperhatikan. Oleh karena perasaan kompeten atau perasaan mampu ini tumbuh melalui pengalaman berhasil, maka orangtua perlu memberikan tugas-tugas kepada anak yang memungkinkannya untuk berhasil. Tugas yang diberikan hendaknya tidak terlalu sulit maupun tidak terlalu mudah, melainkan cukup menantang, sebab tugas yang terlalu sulit atau terlalu mudah tidak akan meningkatkan perasaan kompeten. Di samping itu, untuk meningkatkan kepercayaan diri anak, orangtua hendaknya lebih sering memberikan pujian dan menghindari terlalu sering mengkritik anak.

Mengatasi sumber masalah psikologis anak
Apabila anak sulit berkonsentrasi karena terganggu secara emosional, maka orangtua bisa menyelidiki masalah apa yang membuat anak merasa tidak nyaman. Konflik-konflik yang dialami anak perlu diselesaikan agar tidak mengganggunya untuk terlibat aktif dalam aktivitas-aktivitas.

Menangani anak yang lemah konsentrasinya membutuhkan kesabaran cukup besar dari orangtua. Akan tetapi, jika orangtua mau melatih anak perlahan-lahan dengan sabar, rentang konsentrasi anak akan bisa meningkat.
Anak-anak yang lemah konsentrasinya seringkali mempunyai konsep diri yang buruk. Lingkungan sering menyalahkan mereka karena menganggap bahwa mereka adalah anak nakal, sulit diatur, tidak bertanggung jawab. Apabila anak mempunyai konsep diri yang buruk, ada baiknya orangtua memberikan pemahaman kepada anak bahwa kekurangmampuannya untuk berkonsentrasi tersebut bukanlah kesalahannya, melainkan merupakan kelemahannya, namun demikian, ia tetap dapat berusaha mengatasi kelemahan itu dengan usaha yang sedikit lebih gigih.


Untuk mengatasi gangguan konsentrasi yang berasal dari kelemahan dalam fungsi yang mengatur pemusatan perhatian, lihat artikel hiperaktif (ADHD).

Sumber inspirasi :
Schaefer, C.E., Millman, H.L. 1981. How to Help Children with Common Problems. New York : Van Nostrand Reinhold Company.



Last reviewed : Juli 2014

1 komentar:

  1. infonya sangat membantu https://www.facebook.com/profile.php?id=100008922733607

    BalasHapus

Terima kasih atas kesediaan Anda memberikan komentar. Komentar yang Anda berikan akan sangat bermanfaat bagi saya dalam mengembangkan tulisan-tulisan saya.