Selasa, 18 Agustus 2009

Membentuk Sikap yang Sehat terhadap Seksualitas

Sikap yang sehat terhadap seksualitas penting dimiliki manusia untuk mencapai perkembangan seksual yang baik. Kita semua mengetahui bahwa perkembangan seksual yang baik membawa manusia pada kehidupan yang utuh dan bahagia. Sikap terhadap seksualitas yang dimaksud di sini tidak sekedar menunjuk pada sikap seseorang terhadap hubungan seksual, melainkan lebih luas daripada itu, mencakup bagaimana seseorang memandang tubuhnya yang berkaitan dengan fungsi seksual. Seksualitas merupakan sebuah karunia indah yang tercipta untuk manusia, dan ditujukan untuk membawa manusia pada kebahagiaan. Oleh karena itu, sudah sepantasnya manusia memandang seksualitas secara positif. Hanya dengan memandang seksualitas secara positif, manusia bisa menikmati dengan baik salah satu aspek dari kehidupan yang indah ini.
Proses pembentukan sikap terhadap seksualitas berlangsung perlahan-lahan, dimulai dari masa kanak-kanak. Seorang anak belajar dari lingkungannya tentang bagaimana menyebut alat kelaminnya, bagaimana alat kelamin tersebut membuatnya menjadi makhluk yang berbeda dengan lawan jenis, dan juga mempelajari bagaimana cara memperlakukan bagian tubuhnya yang khusus itu. Ketika ia tumbuh besar, ia akan mempelajari bahwa alat kelaminnya mempunyai fungsi sebagai alat reproduksi. Semua proses ini tentu saja tak lepas dari peran orangtua. Melalui pengasuhan yang tepat, orangtua bisa mengusahakan agar anaknya mempunyai sikap yang sehat terhadap seksualitas. Berikut ini akan dibahas lewat hal-hal apa saja orangtua bisa mulai menanamkan sikap yang sehat terhadap seksualitas.


Langkah-langkah membentuk sikap sehat terhadap seksualitas :
Memberikan pengalaman menyenangkan dalam toilet training
Pengalaman pertama anak menyadari keberadaan alat kelaminnya adalah ketika ia buang air kecil. Pengalaman latihan buang air kecil (
toilet training) membuat anak mengembangkan perasaan positif atau negatif berkaitan dengan fungsi alami alat kelamin sebagai alat pengeluaran sisa metabolisme tubuh. Anak yang melihat orangtuanya
bersikap positif terhadap aktivitas buang air kecilnya, akan merasa nyaman dan rileks dengan proses alami tubuh tersebut, sehingga selanjutnya anak tersebut juga akan merasa nyaman dengan bagian tubuhnya yang berfungsi untuk pembuangan tersebut, yaitu alat kelaminnya. Orangtua dapat menunjukkan sikap positif dalam proses toilet training dengan cara tidak memarahi anak yang mengompol di celana, tidak menunjukkan sikap jijik terhadap celana yang kotor, dan bersabar ketika mengajak anak buang air kecil.
Bereaksi wajar terhadap ketelanjangan anak
Orangtua memang harus mengajarkan kepada anak bahwa alat kelamin adalah bagian tubuh yang paling pribadi dan perlu diberi privasi khusus. Akan tetapi, menunjukkan sikap negatif berlebihan saat anak telanjang atau membiarkan alat kelaminnya terlihat, sebaiknya dihindari, karena hal ini bisa membuat anak memandang bahwa alat kelamin adalah bagian tubuh yang buruk dan memalukan. Anak perlu mengembangkan pandangan yang positif terhadap anatomi tubuhnya, tak terkecuali alat kelaminnya. Anak semestinya memandang bahwa alat kelamin merupakan bagian tubuh yang sama baiknya dengan bagian tubuh lainnya. Aktivitas bertelanjang yang dilakukan anak, memberikan kesempatan kepadanya untuk belajar mengembangkan kesadaran seksual yang positif.
Sesungguhnya, terkait dengan hal ini, ada manfaat yang bisa diperoleh dari sikap orangtua yang mau membiarkan anak melihat ketelanjangan orangtuanya. Orangtua yang tidak keberatan bertelanjang di depan anak, menunjukkan bahwa diri mereka merasa sungguh-sungguh nyaman dengan tubuh mereka. Hal ini secara tidak langsung akan mendorong anak untuk merasa nyaman dengan tubuh mereka sendiri. Akan tetapi, bagi orangtua yang tidak sungguh-sungguh bersedia bertelanjang di depan anak, sebaiknya tidak memaksakan diri bertelanjang di depan anak, karena anak bisa menangkap rasa tidak nyaman yang ada pada orangtuanya, dan hal ini justru tidak menguntungkan bagi pengembangan sikap positif anak terhadap alat kelaminnya.
Bereaksi wajar terhadap masturbasi yang dilakukan anak
Masturbasi merupakan sesuatu hal yang normal dilakukan anak yang sedang belajar mengenali bagian-bagian tubuhnya (usia 2-3 tahun). Sekalipun orangtua merasa malu melihat aktivitas masturbasi yang dilakukan anak, sebaiknya orangtua tidak menunjukkan reaksi negatif berlebihan. Anak perlu mengetahui bahwa alat kelaminnya memang bisa membawa perasaan nikmat yang khusus bila ia menyentuhnya. Sifat alat kelamin yang membawa kenikmatan ini perlu diterima anak secara positif, bukannya malah ditolak sebagai sesuatu yang buruk. Ketika melihat anak melakukan masturbasi, berikan pengakuan bahwa alat kelamin memang merupakan bagian tubuh yang nyaman untuk disentuh. Orangtua tidak perlu mengkhawatirkan bahwa penerimaannya terhadap masturbasi yang dilakukan anak akan membuat anak akan melakukan masturbasi juga di hadapan orang-orang lain. Anak secara alami mengetahui bahwa tindakan masturbasi adalah tindakan yang bersifat pribadi, sehingga ia akan melakukannya dengan tetap menjaga privasi diri. Orangtua juga tidak perlu khawatir bahwa penerimaannya terhadap masturbasi akan membuat anak akan terus-menerus melakukan masturbasi. Percayalah bahwa ada banyak sekali kegiatan yang menarik bagi anak, yang lebih menarik daripada kegiatan masturbasi. Apabila seorang anak menghabiskan sebagian besar waktunya hanya untuk melakukan masturbasi, dapat dipastikan ada masalah lain di baliknya. Masturbasi berlebihan bisa dilakukan anak sebagai pelarian dari rasa sedih dan kecewa akibat penolakan lingkungan (anak merasa tidak dicintai orangtua atau teman), pengalaman kegagalan yang terus-menerus, atau terlalu sedikitnya sumber kesenangan dalam hidup.
Kebanyakan anak melakukan masturbasi. Melarang mereka melakukan masturbasi jarang efektif membuat mereka mengurangi aktivitas tersebut. Sikap negatif orangtua terhadap masturbasi hanya akan membuat mereka mengasosiasikan kegiatan memperoleh kenikmatan seksual dengan rasa bersalah dan cemas.
Bersikap terbuka dalam diskusi mengenai seksualitas
Keterbukaan orangtua dalam diskusi dengan anak mengenai hal-hal berkaitan dengan seksualitas, selain berpengaruh positif terhadap pembentukan sikap sehat anak terhadap seksualitas, juga sangat berpengaruh terhadap kesediaan anak untuk menjadikan orangtua sebagai sumber informasi mengenai hal-hal seputar seksualitas. Ketika anak merasa bahwa orangtua bisa diajak bicara dengan nyaman mengenai topik-topik seksualitas, anak akan tidak sungkan untuk menanyakan apa saja yang ingin dimengertinya sehubungan dengan seksualitas. Penelitian menemukan bahwa kebanyakan remaja sesungguhnya menginginkan agar ibu atau ayahnya lah yang menjadi sumber utama informasi mengenai seksualitas. Sayangnya, harapan mereka ini justru tidak terpenuhi, sehingga kemudian mereka mencari informasi dari teman-teman dan sumber-sumber lain yang berpotensi besar memberikan informasi yang salah.
Orangtua tidak perlu mengkhawatirkan bahwa anak yang memiliki pengetahuan banyak mengenai seksualitas akan lebih tertarik untuk melakukan aktivitas seksual. Berdasarkan penelitian-penelitian, hal ini terbukti tidak benar. Justru ketika anak tidak mempunyai pengetahuan yang memadai mengenai seksualitas, anak berkecenderungan besar untuk terjerumus dalam petualangan seksual yang tidak sehat. Petualangan seksual yang tidak sehat yang dimaksudkan antara lain adalah kehamilan yang tidak diinginkan, relasi yang eksploitatif, hubungan seksual yang menularkan penyakit menular seksual. Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa remaja yang orangtuanya memainkan peran terbesar dalam pendidikan seksualitas mereka, lebih kecil kemungkinannya terlibat dalam aktivitas seksual dini, dibandingkan dengan remaja yang kurang mendapat informasi mengenai seksualitas. Oleh karena itu, untuk mengarahkan anak kepada perilaku seksual yang tepat, jalan yang harus ditempuh orangtua adalah membekali anak dengan informasi yang benar mengenai seksualitas.
Menunjukkan model relasi intim kedua orangtua yang indah
Anak perlu memahami bahwa interaksi intim pria dan wanita lebih dari sekedar upaya mendatangkan kepuasan fisik seksual semata-mata, melainkan bahwa interaksi intim pria dan wanita merupakan sesuatu yang sangat indah, yang sarat makna, yaitu saling cinta, saling peduli, di mana masing-masing saling memikirkan kebahagiaan pasangan. Oleh karena sisi indah dari interaksi intim pria dan wanita seringkali gagal ditampilkan media yang lebih sering menayangkan interaksi seksual yang eksploitatif dan egois, peran orangtua menjadi sangat penting dalam memberikan model interaksi intim pria-wanita yang positif. Biarkan anak melihat kedua orangtuanya saling mencintai dengan indahnya. Jangan sungkan untuk menunjukkan aktivitas spontan yang menunjukkan cinta di antara Anda berdua, saling peluk, saling cium, berangkulan, dan sebagainya. Hal ini akan membuat anak mengetahui bahwa relasi kedua orangtuanya indah karena diwarnai dengan kehangatan dan rasa saling peduli.
Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa orangtua sebaiknya menghindarkan anak dari menyaksikan hubungan seksual kedua orangtuanya. Anak-anak yang belum mengerti benar tentang aktivitas seksual sering kali salah tafsir ketika melihat hubungan seksual orangtuanya. Mereka sulit memahami bahwa hubungan seksual dinikmati oleh kedua orangtuanya (ingat, mereka sama sekali belum merasakan gairah seksual), sebaliknya, mereka justru berpikir bahwa hubungan seksual merupakan tindakan kejam yang dilakukan ayah untuk menyakiti ibu. Salah tafsir seperti ini bisa mengakibatkan anak mengalami trauma psikis dan membuat anak memandang negatif hubungan seksual sampai waktu yang lama sesudahnya. Seandainya anak terlanjur melihat hubungan seksual kedua orangtuanya, penting bagi orangtua untuk menjelaskan kepada anak bahwa aktivitas yang baru saja dilihat anak tersebut adalah aktivitas yang dilakukan ayah-ibu untuk saling menunjukkan rasa sayang. Yakinkan anak, bahwa ayah dan ibunya memang sengaja melakukan hubungan seksual itu karena saling mencintai. Akan tetapi, mengingat bahwa anak-anak cenderung salah menafsirkan hubungan seksual orangtuanya, ditambah lagi, mereka seringkali sungkan menanyakan kepada orangtuanya tentang hal ini sekalipun tidak memahami apa yang terjadi, lebih baik jika orangtua mencegah agar anak tidak sampai melihat hubungan seksual kedua orangtuanya.
Dengan menunjukkan model sebuah relasi yang indah antara kedua orangtua, sesungguhnya orangtua juga sedang mengembangkan sikap positif anak terhadap lawan jenisnya. Apabila anak melihat bahwa ayah dan ibunya bisa saling berbagi, saling menghargai, dan bekerja sama dengan baik, maka anak akan memperoleh gambaran positif tentang relasi dengan lawan jenis. Sosok orangtua yang dialami anak akan cenderung digeneralisasikan anak pada orang-orang dengan jenis kelamin yang sama. Sosok ayah akan berpengaruh terhadap cara seorang anak perempuan memandang sosok pria, dan sosok ibu akan berpengaruh terhadap cara seorang anak laki-laki memandang sosok wanita. Anak yang mengalami sosok ayah sebagai pribadi yang menyenangkan, akan mempunyai sikap lebih positif terhadap kaum pria, begitu pula dengan anak yang mengalami sosok ibu sebagai pribadi yang menyenangkan, ia akan bersikap lebih positif pula terhadap kaum wanita. Aspek yang penting dalam relasi antarkedua orangtua yang perlu ditunjukkan kepada anak adalah kerelaan untuk berbagi tanggung jawab keluarga dengan tidak memegang stereotip jender tradisional secara kaku. Biarkan anak melihat bahwa ayahnya tidak semata-mata menjadikan ibunya sebagai tukang masak, tukang cuci, atau tukang bersih-bersih tanpa mau sedikitpun ikut campur dalam tugas-tugas tersebut. Sesekali, ayah sebaiknya mau membantu ibu mengisi ceret dan memasak air, dan ibu membantu ayah memompa ban sepeda atau mengisikan air radiator.



Sumber inspirasi :
Crooks, R., Baur, K., 1983. Our Sexuality, second edition. California : Benjamin/Cumming Publishing Company, Inc.
Schaefer, C.E., Millman, H.L. 1981. How to Help Children with Common Problems. New York : Van Nostrand Reinhold Company.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kesediaan Anda memberikan komentar. Komentar yang Anda berikan akan sangat bermanfaat bagi saya dalam mengembangkan tulisan-tulisan saya.