Selasa, 18 Agustus 2009

MALU

Anak yang pemalu cenderung menghindar dari orang lain dan lebih merasa nyaman ketika menyendiri. Saat berada di dekat orang lain, mereka lebih suka diam atau berbicara dengan suara pelan, menghindari kontak mata dengan orang lain, dan enggan memulai interaksi dengan orang lain.
Sifat anak yang pemalu perlu dikurangi karena hal ini menghambat anak untuk mengembangkan beberapa aspek kehidupannya. Sifat yang pemalu membuat anak kesulitan berpartisipasi dalam kerja sama dengan orang lain. Sifat pemalu juga sering menyebabkan anak tidak percaya diri sehingga lebih memilih mundur dari kesempatan-kesempatan yang semestinya bisa mereka manfaatkan untuk mengasah dan mempertunjukkan kemampuan diri. Di samping itu, sifat pemalu membuat anak kurang disukai orang lain, yang mana hal ini selanjutnya bisa berakibat pada semakin buruknya konsep diri mereka. Mengingat cukup banyaknya dampak negatif dari sifat pemalu ini, dan juga mengingat bahwa sifat pemalu ini bisa menjadi semakin parah apabila dibiarkan, orangtua lebih baik segera melakukan upaya-upaya untuk membimbing anak mengurangi sifat pemalunya.

Faktor Penyebab

Perasaan tidak aman
Perasaan tidak aman membuat seorang anak mudah merasa takut, dan kurang berani mengambil risiko. Anak menganggap bahwa aktivitas bersama orang lain mengharuskan mereka mengambil sikap-sikap tertentu, dan ini tampak mengandung risiko lebih banyak daripada aktivitas-aktivitas yang hanya berurusan dengan diri mereka sendiri, sehingga akibatnya mereka pun lebih memilih aktivitas-aktivitas yang soliter.
Perasaan tidak aman juga terkait dengan konsep diri yang kurang baik. Anak yang merasa kurang berharga, juga cenderung merasa tidak aman dan tidak nyaman dengan dirinya sendiri.

Perasaan tidak aman ini bisa bersumber dari beberapa hal, antara lain :

Pengasuhan yang overprotektif. Terlalu banyak menolong anak dan memberikan perlindungan kepada anak, justru membatasi kesempatan anak untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan hal ini berdampak pada gagalnya anak mengembangkan rasa mampu atau rasa percaya pada kemampuan dirinya. Perlakuan orangtua yang overprotektif juga cenderung membatasi anak dalam memperoleh pengalaman-pengalaman bersama orang lain, sehingga anak tidak belajar mengembangkan keterampilan sosialisasinya.
Pengasuhan yang tidak konsisten. Ketika orangtua tidak bersikap tegas dan konsisten, anak mengalami kebingungan. Anak menjadi tidak yakin dengan apa yang dikehendaki oleh orangtuanya, atau tidak memahami bagaimana cara bertingkah laku yang sesuai dengan harapan orangtuanya, sehingga kemudian mereka menjadi ragu-ragu dalam bertindak dan lebih suka pasif.
Kurangnya ungkapan kasih sayang dari orangtua. Sebagian orangtua membatasi diri dalam menunjukkan kasih sayang dan perhatian kepada anak karena khawatir anak akan menjadi manja atau tidak mandiri. Sikap orangtua ini bisa membuat anak merasa kurang dicintai, sehingga selanjutnya ia berpikir bahwa dirinya kurang berharga. Anak merasa minder (rendah diri) dan kemudian menjadi pemalu.

Pengalaman terlalu banyak dikritik. Orangtua yang terlalu banyak mengkritik anak membuat anak menjadi canggung dan kikuk. Karena sering disalahkan, mereka menjadi ragu-ragu, bingung, dan takut dalam bertindak. Kritik yang berlebihan tersebut juga berpengaruh negatif terhadap harga diri atau konsep diri mereka sehingga mereka pun menjadi pribadi yang pemalu.
Pengalaman terlalu banyak digoda. Anak sensitif yang terlalu sering digoda secara kasar, menjadi enggan untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga akibatnya, mereka lebih suka menghindar dari kontak dengan orang lain.

Adanya gambar diri sebagai individu yang pemalu
Anak yang mempunyai anggapan bahwa dirinya adalah pemalu, merasa bahwa dirinya tidak mampu menjalin interaksi dengan orang lain. Akibatnya, dalam berperilaku mereka pun terjebak dalam perasaan tidak mampu tersebut. Mereka terlalu mudah menghakimi diri sendiri sebagai orang yang kikuk, atau membosankan dalam berinteraksi dengan orang lain. Komentar buruk yang sering mereka lontarkan terhadap diri sendiri membuat mereka tidak efektif berusaha keluar dari kelemahan mereka.

Kurangnya keterampilan sosialisasi
Anak yang kurang mempunyai pengalaman dalam kontak dengan orang lain, tidak mengetahui cara-cara berinteraksi yang baik. Mereka mungkin tidak mengetahui bagaimana memulai pembicaraan, atau bagaimana mendengarkan orang lain dan memberikan respon yang baik terhadap pembicaraan orang lain melalui kontak mata, komentar atau tanggapan yang tepat, dan lain-lain.

Keterbatasan fisik atau cacat tubuh
Kesadaran bahwa dirinya berbeda dari orang lain karena mempunyai cacat fisik tertentu, membuat anak merasa malu dan menjadikan mereka terlalu sensitif. Mereka suka menghindar dari orang lain karena khawatir bahwa orang lain akan memperhatikan cacat fisik mereka atau berkomentar terhadap keterbatasan yang mereka miliki tersebut.
Model orangtua yang pemalu

Orangtua yang pendiam dan pemalu memberikan pengaruh yang kurang baik bagi perkembangan keterampilan sosialisasi anak, karena mereka tidak memberikan contoh yang baik bagaimana bersikap tepat dalam menjalin interaksi dengan orang lain.

Sifat bawaan
Sebagian anak dilahirkan dengan sifat bawaan fisik yang oversensitif. Sifat ini menjadikan anak mudah merasa tidak nyaman ketika berhadapan dengan stimulus-stimulus lingkungan, misalnya tidak nyaman mendengar banyak suara (karena indra pendengaran terlalu sensitif), atau melihat lalu lalang orang (indra visual terlalu sensitif), atau tidak nyaman bersentuhan (indra peraba terlalu sensitif). Kecenderungan ini akan membuat anak menghindar dari situasi-situasi di mana stimulus-stimulus itu datang secara tidak terprediksi. 

Langkah untuk Mengatasi
Mengajarkan keterampilan sosialisasi
Ajarkan bagaimana cara memperkenalkan diri di hadapan teman baru atau tamu yang belum dikenal, tersenyum dan memberi sapaan saat berpapasan dengan orang lain yang dikenal, mengucapkan terima kasih saat menerima kebaikan dari orang lain, dan lain sebagainya. Ajarkan juga bagaimana bertingkah laku yang diterima oleh orang lain, misalnya mengantri saat mainan sedang digunakan anak lain, meminta maaf saat melakukan kesalahan, meminta izin saat ingin meminjam mainan teman, tidak memotong pembicaraan orang lain. Anak perlu memahami bahwa mendengarkan orang lain dengan baik itu penting, dan bahwa ia bisa menunjukkan perhatian terhadap pembicaraan orang lain dengan cara menatap wajah orang tersebut, memberikan komentar yang sesuai topik yang sedang dibicarakan, bertanya tentang hal seputar topik, atau menambahkan cerita untuk melanjutkan percakapan. Keterampilan sosialisasi ini bisa diajarkan orangtua lewat permainan peran, misalnya permainan boneka. Dalam melatih anak bersosialisasi, penting bagi orangtua untuk menunjukkan kepercayaan kepada anak bahwa anak akan mampu bersosialisasi dengan lebih baik. Harapan positif atau sikap optimis orangtua membuat anak lebih termotivasi. Hindari terlalu banyak memberikan kritik. Jika anak merasa bahwa Anda selalu mendukung dan siap menolongnya, tanpa suka mengkritik, anak akan merasa nyaman sehingga dapat menerima apa yang Anda ajarkan mengenai keterampilan sosialisasi ini dengan lebih efektif.

Memberikan penguatan positif terhadap usaha anak untuk bersosialisasi
Berikan senyuman atau komentar positif saat Anda melihat anak bermain atau berbicara dengan temannya secara baik. Ini akan membuat anak semakin paham bagaimana cara bersosialisasi yang baik dan semakin termotivasi untuk melakukannya. Bahkan, Anda juga perlu memberikan penghargaan kepada anak sekedar atas usahanya menjadi lebih sosial, misalnya ketika ia memberanikan diri untuk mendekati temannya yang sedang bermain.

Mendukung kepercayaan diri anak
Oleh karena anak yang pemalu seringkali mengalami masalah kepercayaan diri, orangtua bisa melakukan upaya-upaya untuk mendorong anak mengembangkan kepercayaan diri dan harga diri yang baik.
Cara yang bisa dilakukan orangtua untuk mendukung kepercayaan diri anak antara lain sebagai berikut :

Menunjukkan sikap hangat dan penuh penerimaan
Memuji perilaku anak yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain
Mengadakan percakapan referensial yang positif.
Percakapan referensial di sini maksudnya adalah percakapan antarorang dewasa dengan sependengaran anak. Ketika anak mendengar bahwa dirinya dipercakapkan secara positif, anak menjadi lebih termotivasi untuk semakin mengembangkan dirinya. Sebagai contoh, orangtua bisa mengatakan kepada tamu yang datang, “Sekarang Jessie sudah menjadi lebih ramah.” Pembicaraan positif ini membuat anak percaya bahwa dirinya mampu berubah. Sebaliknya, apabila orangtua membicarakan sifat pemalu anak di hadapan orang lain, anak akan menjadi semakin percaya bahwa dirinya memang pemalu. Oleh karena itu, hindari membicarakan kelemahan anak, dan berusahalah lebih banyak membicarakan sisi positif anak. Seandainya tamu atau teman yang datang berkunjung mengomentari sifat pemalu anak, orangtua bisa menetralisirnya dengan mengatakan, “Sebentar lagi pasti ia akan menjadi lebih berani.”

Memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan kemampuan atau bakatnya. Anak yang mengetahui bahwa dirinya mempunyai kecakapan tertentu merasa lebih berharga dan lebih percaya diri. Oleh karena itu, orangtua bisa memberikan kesempatan kepada anak untuk mengasah bakatnya, misalnya dengan mengikutsertakan anak dalam kursus menggambar, kursus piano, kursus menari, klub renang, klub bulu tangkis, dan sebagainya. Selain berfungsi untuk mengasah bakat anak, kegiatan kursus atau klub seperti ini juga bisa memberikan pengalaman sosialisasi kepada anak.
Membantu anak mengatasi kecemasan bersosialisasi
Anak yang pemalu seringkali merasa terlalu cemas dan takut menghadapi situasi-situasi di mana mereka harus berhadapan dengan orang lain. Langkah berikut bisa dilakukan orangtua untuk membantu anak mengatasi kecemasannya dalam bersosialisasi :
Mengajarkan teknik relaksasi. Anak bisa diajari untuk menarik napas panjang, atau menegangkan dan kemudian merilekskan otot-otot tubuhnya ketika ia merasa cemas menghadapi saat-saat di mana dirinya harus berhadapan dengan orang lain.

Mengajak anak mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi sosial. Orangtua bisa memberikan gambaran tentang situasi yang akan dihadapi anak supaya anak bisa membayangkan situasi yang akan dihadapinya, dan dengan demikian berkurang rasa cemasnya. Sebagai contoh, ketika anak akan bepergian ke pesta, orangtua bisa menjelaskan seperti apa pesta akan berlangsung, mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan teman-teman dan mungkin juga beberapa anak lain yang tidak dikenalnya, kemudian orangtua memberikan saran mengenai apa yang sebaiknya dilakukan anak, misalnya tersenyum dan mendekati teman yang dikenalnya. Bisa juga orangtua mengajak anak melakukan permainan pura-pura dengan boneka di mana situasi dalam permainan itu berupa situasi yang hendak dihadapi anak. Ketika ingin mengajari anak cara memperkenalkan diri, orangtua bisa pura-pura menjadi teman baru yang ingin berkenalan dengan anak.
Menghadapkan anak kepada situasi sosial secara bertahap. Pertama kali, mungkin orangtua bisa mengajak salah satu teman anak bermain ke rumah. Selanjutnya, beberapa teman lainnya bisa diundang ke rumah. Anak yang takut pergi ke pesta, orangtua bisa menyuruhnya pergi ke pesta dengan ditemani seorang sahabatnya. Yang penting di sini adalah bagaimana secara perlahan-lahan anak dihadapkan pada situasi sosial yang semakin menantang. Akan tetapi, hindari menghadapkan anak langsung pada situasi yang menempatkannya sebagai pusat perhatian orang, sebagai contoh, memaksa anak menyanyi di depan saat pesta ulang tahun temannya. Hal seperti ini bukannya mendukung anak menjadi semakin berani, sebab bila saat itu dirinya gagal, ia akan merasa dipermalukan dan pengalaman ini bisa mengakibatkan ia mengalami trauma psikis selama jangka waktu panjang.
Mengajarkan self-talk yang positif
Anak yang menganggap dirinya sebagai seorang pemalu yang sulit menjalin kontak dengan orang lain, akan kesulitan untuk keluar dari kelemahannya. Ajarkan kepada anak untuk berhenti mengomentari dirinya sendiri sebagai pemalu dan menggantinya dengan berkata-kata secara positif terhadap diri sendiri. Daripada berdiri saja memandangi teman-teman yang sedang asyik bermain petak umpet sambil berkata, “Teman-teman tidak suka padaku,” lebih baik berkata, “Aku akan ikut bergabung bersama mereka. Kalau aku bergabung, pasti permainan akan jadi semakin seru, karena semakin banyak orangnya.”
Jelaskan kepada anak bahwa ia tidak lagi menjadi seorang pemalu ketika ia berani tersenyum pada teman yang berpapasan dengannya, atau ketika ia berani membukakan pintu saat ada kerabat yang datang. Orangtua bisa membantu anak menyingkirkan konsep dirinya yang negatif sebagai seorang pemalu dengan cara menunjukkan kepada anak kemajuan-kemajuan kecil yang dibuat anak berkaitan dengan sosialisasinya.
Apabila Anda mengetahui bahwa anak Anda pemalu karena merasa minder atau merasa dirinya begitu buruk dibanding orang-orang lain yang hebat, Anda bisa membantu mengarahkan perhatiannya pada kelebihan-kelebihannya. Berikan pengakuan atas kemampuan atau kelebihannya yang unik. Sebagai contoh, Anda bisa memuji kerapiannya dalam menata kamar, atau bagaimana bertanggungjawabnya ia yang tak pernah lupa memberi makan ikan-ikannya.

Mengajarkan asertivitas
Anak bisa menjadi kurang menyukai kontak sosial bila ia tidak mengetahui cara menyatakan ketidaksetujuan kepada orang lain, sehingga ia merasa bahwa saat bersama orang lain adalah saat di mana dirinya terpaksa terus mengalah dan tunduk pada orang lain. Ajarkan bagaimana menyatakan pendapat yang berbeda dengan cara yang sopan. Katakan kepada anak bahwa ia tidak selamanya harus menerima ajakan teman, bahwa ia bisa menyatakan tidak, ketika memang tidak ingin melakukan sesuatu. Mereka juga bisa diberi tahu bahwa mengungkapkan perasaan tidak senang atas tindakan orang lain lewat kata-kata merupakan hal yang baik untuk dilakukan, misalnya saat anak merasa terganggu oleh tindakan teman yang mengambil miliknya tanpa izin, ia bisa mengatakan pada temannya, “Aku tidak suka kalau kamu mengambil crayonku tanpa izin. Aku jadi bingung mencarinya.”


Sumber inspirasi :

Schaefer, C.E., Millman, H.L. 1981. How to Help Children with Common Problems. New York : Van Nostrand Reinhold Company.


Last reviewed : November 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas kesediaan Anda memberikan komentar. Komentar yang Anda berikan akan sangat bermanfaat bagi saya dalam mengembangkan tulisan-tulisan saya.