Jumat, 01 Juli 2011

Mencetak Anak Percaya Diri


Rahasia di balik kepercayaan diri adalah sebuah konsep diri positif. Jika orangtua ingin agar anak tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, jalan yang harus ditempuh adalah membentuk konsep diri yang positif dalam diri anak. Berikut ini akan dibahas bagaimana orangtua dapat menanamkan konsep diri yang positif dalam diri anak.

Arti konsep diri yang positif
Seseorang yang mempunyai konsep diri positif mempunyai cara pandang yang positif terhadap dirinya. Ia memandang dirinya baik, merasa senang dengan kelebihannya, namun juga mampu menerima dengan ikhlas kekurangannya, sehingga nyaman dan bahagia menjadi dirinya sendiri. Meski mengetahui dengan baik kelemahan-kelemahannya, ia tidak suka menjelek-jelekkan diri sendiri atau mencaci-maki diri sendiri. Ia merasa optimis pada dirinya, percaya pada kemampuannya, sehingga penuh semangat dan tidak mudah menyerah dalam berjuang.

Manfaat konsep diri yang positif
Anak yang mempunyai konsep diri positif merasa senang dan bahagia dengan dirinya sendiri. Ini membuat anak lebih mampu menikmati hidup dan keberadaan dirinya. Dari luar, anak pun tampil sebagai pribadi yang ceria dan menyenangkan. Konsep diri yang positif juga membuat anak menjadi tangguh dalam mengejar tujuan, optimis, tidak mudah menyerah ketika menemui tantangan. Konsep diri yang positif ternyata juga menjauhkan anak dari berbagai gangguan perilaku. Berbagai gangguan perilaku anak dan remaja berakar dari harga diri anak yang rendah, mulai dari kecemasan, depresi, perilaku suka bohong, suka mengolok-olok orang, agresif, maupun berbagai perilaku antisosial lainnya, semuanya dilatarbelakangi oleh harga diri yang rendah, atau dengan kata lain, konsep diri yang negatif. Jadi, konsep diri yang positif memang besar manfaatnya dalam hidup seseorang.


Membentuk konsep diri positif dalam diri anak
Pembentukan konsep diri dimulai sejak masa kanak-kanak, bahkan sesungguhnya sejak bayi. Anak melihat bagaimana orang-orang dekat memperlakukan dirinya, dan dari situ lah mereka belajar memandang dirinya sendiri. Ketika orangtua dan juga orang-orang sekitar memperlakukan anak dengan baik sehingga anak merasa dicintai, anak merasa dirinya berharga, sehingga kemudian mengembangkan konsep diri yang positif. Dalam hal ini, pengaruh terbesar dipegang oleh pengasuh atau orangtua. Itulah sebabnya, penting bagi orangtua untuk menunjukkan sikap positif terhadap anak. Berikut ini ada beberapa cara yang dapat ditempuh orangtua untuk menanamkan konsep diri yang positif pada anak :

Menumbuhkan perasaan berharga pada anak

Responsif terhadap kebutuhan anak
Sejak anak masih bayi, orangtua perlu menunjukkan sikap responsif terhadap kebutuhan anak. Sebagai contoh, ketika bayi menangis, orangtua tanggap, menggendongnya, memberi susu, mengganti popok, atau membuatnya lebih nyaman. Ketika anak belajar berjalan dan terjatuh, orangtua menolong, membantunya bangun dan menghiburnya. Perhatian orangtua terhadap apa yang dibutuhkan anak menghindarkan anak dari perasaan terabaikan.

Mempedulikan perasaan anak
Orangtua perlu menunjukkan empati terhadap perasaan anak. Terima dan hargailah perasaan anak, termasuk juga perasaan negatif seperti kesedihan, kemarahan, kecemasan, ketakutan. Orangtua bisa melarang beberapa cara ekspresi perasaan yang tidak tepat yang dilakukan anak, namun tidak seyogyanya melarang anak merasakan perasaan itu sendiri. Sebagai contoh, ketika anak merasa jengkel dengan adiknya karena merasa cemburu dan membanting mainan adiknya, orangtua bisa menegur anak atas perilakunya membanting mainan itu, namun tidak menyalahkannya karena telah merasa tidak suka pada adiknya. Di saat seperti itu orangtua bisa berkata demikian, “Mama bisa memahami kamu merasa jengkel karena adikmu menyita banyak waktu mama, tapi kamu bisa bicara dengan mama kalau kamu ingin bermain bersama mama. Kamu harus ingat, mama selalu sayang kamu.” Semua orang mempunyai hak untuk merasakan emosi tertentu, begitu pula dengan anak.
Terhadap emosi yang disebabkan pemikiran anak yang tidak rasional, orangtua bisa membantu anak meluruskan pemikirannya, namun tidak menertawakannya atau memberikan komentar yang meremehkan. Sebagai contoh, ketika anak merasa khawatir akan ada monster yang keluar dari kolong tempat tidur, orangtua bisa berkata, “Monster memang tampak menakutkan, tapi monster itu hanya ada di cerita atau film saja. Monster itu hanya bohong-bohongan. Tidak pernah ada orang yang bertemu dengan monster.” Saat orangtua merasa telah melukai perasaan anak, orangtua juga bisa meminta maaf terhadap anak untuk menunjukkan bahwa orangtua mempedulikan perasaannya.

Banyak mengekspresikan kasih sayang kepada anak
Katakan kepada anak berulangkali bahwa Anda mencintainya. Berikan pelukan, ciuman, meski tidak ada momen spesial sekalipun. Tidak perlu khawatir karena ekspresi kasih sayang itu sendiri tidak akan membuat anak menjadi manja.

Meluangkan waktu bersama anak
Anak mengukur cinta dari waktu yang diluangkan orangtua untuk bersamanya. Apabila orangtua sibuk bekerja terus-menerus hingga tak punya waktu untuk anak, anak kurang merasa dicintai, merasa dirinya kurang penting bagi orangtua. Ciptakan waktu bersama anak yang berkualitas, misalnya dengan bermain bersama, membacakan buku cerita. Ketika Anda bersama anak, jangan lupa menunjukkan sikap antusias. Wajah Anda yang tersenyum lembut ketika menatap matanya, atau ceria ketika bermain bersamanya, menyampaikan informasi kepada anak bahwa ia adalah pribadi yang berharga di mata Anda.

Menunjukkan penerimaan terhadap anak
Berilah lebih banyak pujian ketimbang kritikan. Tunjukkan bahwa Anda menerima diri anak apa adanya, termasuk juga sifat-sifatnya yang berbeda dari diri Anda. Katakan dalam hal apa anak mempunyai kelebihan, kelebihan dalam hal penampilan fisik maupun sifat kepribadian. Berikan pujian ketika ia melakukan suatu perilaku yang baik.

Menghargai niat baik anak
Tunjukkan bahwa Anda menghargai usaha anak untuk melakukan suatu kebaikan, misalnya ketika ia berusaha melakukan sesuatu untuk menyenangkan hati Anda. Anda bisa tersenyum, mengucapkan terima kasih, mengatakan bahwa Anda senang, atau memujinya dengan berkata bahwa ia adalah seorang anak yang berhati baik. Seringkali rencana anak untuk memberi kejutan tidak berjalan mulus, karena kemampuannya yang terbatas atau ketidakhati-hatiannya, sehingga yang terjadi justru sebuah kecelakaan dan kegagalan, oleh karena itu, Anda perlu melihat lebih teliti niat apa yang ada di balik sebuah kejadian agar tidak salah menilai.

Mendengarkan anak
Anak-anak butuh didengarkan, mereka menginginkan perhatian dan sikap menghargai dari orang dewasa ketika mereka berbicara, baik ketika bercerita maupun menyampaikan komentar, pendapat, atau ide. Mendengarkan anak dengan sikap yang menghargai dapat dilakukan dengan cara berikut :
• Membungkukkan badan atau jongkok sehingga lebih dekat dengan anak saat mendengarkan anak berbicara
• Mengadakan kontak mata dengan anak, menatap wajahnya dengan penuh kasih
• Tersenyum atau menunjukkan ekspresi wajah yang sesuai dengan perasaan yang disampaikan anak lewat ceritanya
• Menanggapi dengan nada bicara yang ekspresif dan menunjukkan antusiasme, tidak dengan nada datar
• Tidak memotong pembicaraan anak, meski mungkin merasa tidak sependapat dengan anak, atau menganggap bahwa apa yang dibicarakan anak bukan sesuatu hal yang penting
Sangat baik apabila orangtua menyediakan waktu khusus untuk memberi kesempatan anak bercerita. Waktu makan malam, sesudah makan malam, atau sebelum tidur merupakan saat yang tepat.

Memaafkan kesalahan anak
Orangtua memang perlu menegur dan menyatakan terus-terang bahwa dirinya marah atau tidak suka ketika anak melakukan kesalahan. Akan tetapi jangan sampai orangtua membiarkan amarahnya berlarut-larut dengan mendiamkan atau mengabaikan anak hingga waktu yang lama. Segera berikan perhatian lagi ketika ia menunjukkan rasa sesal atau melakukan apa yang Anda minta. Jangan biarkan anak pergi tidur dengan berpikir bahwa Anda masih marah padanya. Ketika anak berbuat salah, beri tahu anak bagaimana semestinya berperilaku yang lebih baik atau bagaimana memperbaiki kesalahannya tersebut. Sewaktu marah, tekankan bahwa yang tidak Anda sukai adalah apa yang dilakukannya, bukan dirinya yang tidak Anda sukai.

Tidak memaki anak
Jangan memarahi anak dengan mengeluarkan kata-kata kasar atau memberikan sebutan buruk seperti “bodoh,” “nakal,” “pemalas,” “jahat,” dan lain sebagainya. Ketika menegur anak, cukup katakan perilaku buruk mana yang telah dilakukannya, tanpa menambahkan label-label negatif.

Tidak mengolok-olok anak
Jangan menggoda anak dengan mengolok-olok kelemahannya ataupun memanggil dengan julukan terkait kekurangannya, misalnya “Pesek,” “Gendut,” “Nonong,” dan sebagainya. Sekalipun hanya ditujukan untuk bergurau, sebutan-sebutan semacam itu mudah sekali terngiang dalam benak anak, dan membuat perhatian anak lebih tertuju pada kekurangan tersebut.

Tidak mempermalukan anak
Jangan menceritakan kepada orang lain tentang keburukan anak atau sesuatu hal yang tidak Anda sukai darinya. Juga jangan membanding-bandingkan ia dengan anak lain. Kedua cara ini tidak akan pernah efektif untuk mengubah perilaku anak yang buruk, anak tidak akan termotivasi untuk memperbaiki diri melainkan hanya semakin percaya bahwa dirinya buruk.

Menjaga kepercayaan anak
Jangan membohongi anak. Anda bisa mengatakan bahwa Anda tidak bersedia menjawab atau tidak ingin menceritakan sesuatu hal yang ditanyakan anak, namun jangan membohonginya. Ketika anak menceritakan suatu rahasianya kepada Anda, jaga kepercayaannya dengan tidak membocorkan rahasia tersebut.

Memberikan contoh sikap menghargai diri sendiri
Orangtua perlu memberikan contoh bagaimana menyukai diri sendiri. Apabila orangtua sering mengeluhkan kelemahan diri, berkata-kata buruk terhadap diri sendiri atau memaki diri sendiri, misalnya “Duh, bodoh, bodoh!” anak akan meniru hal yang sama. Oleh karena itu, hindari kebiasaan suka memaki diri sendiri. Memaki diri sendiri berbeda dengan mengakui kesalahan. Perbedaannya terletak pada sikap saat bicara. Saat memaki diri, orang dengan serius menyatakan rasa tidak senangnya terhadap diri sendiri, sedangkan ketika orang mengakui kesalahan/kelemahan, meskipun menyatakan bahwa dirinya salah/lemah, ia menunjukkan sikap lebih terbuka dalam menerima kesalahan/kelemahan tersebut, mungkin ia berkata sambil tersenyum atau menertawakan diri sendiri.

Lain-lain

Anda bisa juga melakukan hal-hal kecil untuk membuat anak senang dan merasa semakin dicintai, misalnya dengan cara berikut :

Memperingati hari ulang tahun atau merayakan momen spesial anak
Rayakan hari ulang tahun atau momen spesial seperti keberhasilannya memperoleh keterampilan membaca, berenang, saat kenaikan kelas, atau saat selesai tampil dalam sebuah acara pentas. Merayakan cukup dilakukan sederhana, misalnya dengan makan es krim bersama. Saat anak berulang tahun, Anda mungkin bisa membuat kejutan dengan menggantungkan tulisan “Selamat Ulang Tahun” dari kertas warna-warni di pintu kamar anak. Kue ulang tahun pun tidak harus berupa kue tart yang mahal, bisa dibuat sendiri dari donat warna-warni yang ditumpuk dan di atasnya ditancapkan lilin. Anak mengukur kasih dengan perhatian, bukan dengan kemewahan materi.

Menceritakan tentang masa kecil anak
Anak sangat suka mendengar orangtua bercerita tentang masa kecilnya. Ceritakan hal-hal lucu dan menggemaskan yang telah dilakukannya semasa ia kecil.


Menumbuhkan perasaan mampu pada anak

Menghargai prestasi dan hasil karya anak
Saat anak menyanyikan lagu, menari, atau menampilkan sebuah kemampuan, berikan perhatian, senyuman, bila perlu tepuk tangan. Ketika anak membuat sebuah kartu spesial untuk Anda, atau sebuah lukisan, terimalah dengan antusias dan katakan bahwa itu membuat Anda bahagia. Anda bisa juga memajang hasil karyanya di meja atau dinding ruangan Anda.

Memberikan dukungan
Berikan kata-kata penyemangat yang mengkomunikasikan bahwa Anda percaya dia mampu. Ketika anak gagal, hindari mencemooh dan menunjuk-nunjuk kesalahannya, cukup Anda mendampingi anak merasakan kesedihannya. Apabila ia mengalami kegagalan sesudah berjuang cukup keras, katakan bahwa ia harus merasa bangga juga atas keberaniannya mencoba dan bangga karena telah berusaha sebaik-baiknya, bukan hanya melihat hasil akhirnya saja.

Memasang target dan harapan yang sesuai
Hindari memasang target terlalu tinggi, sebab anak akan merasa frustrasi ketika gagal mencapainya. Akan tetapi, hindari juga target yang terlalu rendah, sebab anak akan merasa tidak dipercaya dan merasa dirinya dipandang lemah. Target yang tepat adalah sedikit lebih tinggi di atas kemampuan anak saat ini. Cara merancang target yang realistis seperti ini juga perlu diajarkan kepada anak, agar anak bisa dengan mandiri menentukan tujuan yang hendak diraihnya tanpa menuntut diri sendiri secara berlebihan.

Menghargai pemikiran anak
Berikan kesempatan kepada anak untuk berpendapat, dan hargai sudut pandangnya. Izinkan ia mengambil keputusan atas hal-hal pribadinya yang mampu dia tangani sendiri.

Menghargai usaha anak
Hindari memfokuskan pandangan hanya pada hasil yang dicapai anak. Berikan pujian tidak hanya ketika anak berhasil, namun juga ketika anak berani mencoba sesuatu atau melakukan sebuah usaha dengan tekun dan gigih. Ketika anak meraih sebuah keberhasilan, jangan lupa ajak anak untuk melihat ke belakang dan menyadari bahwa keberhasilan tersebut adalah buah dari usaha kerasnya.

Memberikan kesempatan untuk berusaha sendiri
Bantuan yang berlebihan dari orangtua justru berdampak buruk bagi anak. Apabila orangtua selalu mengulurkan tangan begitu anak mulai mencoba, anak tidak mempunyai kesempatan untuk merasa sukses atas usahanya sendiri. Pengalaman sukses sangat diperlukan untuk memupuk perasaan mampu.

Memberi tanggung jawab sesuai dengan usianya
Biarkan anak melakukan pekerjaan/tugas yang mampu dilakukannya sendiri tanpa membantunya. Anda bisa juga memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan kemampuannya. Percayakan beberapa urusan rumah tangga yang ringan, misalnya mengupas wortel dengan peeler, menata meja makan, menyirami tanaman, atau membuang sampah. Sekalipun nampaknya sederhana, hal-hal ini menguatkan perasaan mampu pada diri anak dan membuatnya merasa berguna sebagai seorang pribadi.

Mengizinkan anak membantu kita
Sedapat mungkin, berikan kesempatan kepada anak untuk membantu kita. Mungkin hasilnya memang tidak persis seperti yang kita harapkan, namun berusahalah untuk bersikaplah cukup fleksibel, dalam arti tidak menuntut hasil sempurna. Ingatlah bahwa lebih penting menumbuhkan perasaan mampu pada anak daripada memperoleh hasil yang memuaskan.

Mengajarkan kebiasaan untuk menghargai kesuksesan diri
Setiap malam sebelum tidur, Anda bisa mengajak anak mengingat pengalaman keberhasilannya hari itu. Tak perlu keberhasilan yang hebat atau luar biasa, sekedar kesuksesan kecil saja layak dihargai, misalnya saja anak membuat ibu guru senang karena merapikan meja guru, atau anak melucu sehingga temannya yang tadinya bersedih jadi tertawa, atau mengobati adik yang terluka. Ketika anak menceritakannya, tunjukkan bahwa Anda turut menghargai keberhasilannya itu. Ajari anak juga untuk merasa bangga sekedar atas keberaniannya berusaha, sekalipun mungkin hasil yang diraih kurang memuaskan. Tekankan bahwa sukses adalah ketika kita melakukan yang terbaik yang mampu kita lakukan.

Mengajarkan sikap yang benar dalam memandang ketidakmampuan diri
Pastikan bahwa anak memahami bahwa semua orang punya keterbatasan karena tidak ada manusia yang sempurna, akan tetapi sadarkan anak juga bahwa tidak semua ketidakmampuan bersifat abadi. Dengan usaha, kita bisa meningkatkan kemampuan. Bila anak memahami konsep ini, ia akan menjadi pribadi yang tidak mudah menyerah, namun juga mampu menerima dengan lapang kegagalan dan kelemahan diri.
Sering juga terjadi, anak memandang dirinya bodoh hanya karena satu kelemahan saja, atau bahkan hanya gara-gara sebuah kegagalan saja. Oleh karena itu, orangtua perlu memperhatikan apakah anak menggeneralisasikan kegagalannya itu menjadi sebuah pandangan negatif terhadap diri sendiri. Sebagai contoh, anak merasa dirinya bodoh hanya karena ia lemah dalam pelajaran Matematika. Bila orangtua menemukan kesalahan persepsi anak seperti ini, ajari anak untuk membetulkan persepsinya. Ajak anak untuk melihat bahwa kelemahan atau kegagalannya tersebut hanya berlaku untuk satu bidang atau hanya bersifat situasional.

Mengajarkan berbicara kepada diri sendiri secara positif (positive self-talk)
Ajari anak untuk mempunyai kebiasaan memberi semangat kepada diri sendiri. Misalnya dengan berkata dalam hati, “Aku pasti bisa kalau berusaha keras,” “Aku harus mencoba,” atau “Kalau aku berusaha sedikit lagi, pasti aku bisa”. Sebaliknya, ajarkan untuk tidak berkata-kata buruk kepada diri sendiri, seperti, “Aku tidak pernah bisa melakukan sesuatu dengan beres,” “Percuma, aku pasti gagal,” dan semacamnya. Katakan kepada anak bahwa saat melakukan kesalahan, lebih baik berkata, “Namanya juga manusia,” daripada memaki diri sendiri, “Dasar, memang aku ini bodoh.”

Melibatkan anak dalam berbagai aktivitas
Izinkan anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan, baik kegiatan sosial maupun kegiatan mengasah keterampilan diri. Melalui kegiatan-kegiatan yang bervariasi, anak memiliki kesempatan lebih banyak untuk menemukan kemampuan dirinya. Hanya saja, kegiatan-kegiatan tersebut perlu dibatasi jumlahnya dan diatur sedemikian rupa agar anak mempunyai waktu yang cukup untuk beristirahat dan masih bisa menikmati waktu bebasnya secara pribadi.


Dasar-dasar perasaan mampu terbangun sebelum anak berusia 5 tahun. Oleh karena itu, pada 5 tahun awal kehidupannya, sangat penting bagi orangtua untuk menerapkan prinsip-prinsip pengasuhan yang mendukung perasaan mampu anak. Usaha orangtua untuk menanamkan konsep diri positif pada diri anak akan menjadi bekal yang sangat berharga bagi anak di masa depan, tidak hanya untuk menjadikan ia sebagai pribadi yang percaya diri, melainkan juga menjadi kunci masuk ke sebuah kehidupan yang bahagia.


Sumber inspirasi :
Ireland, K., 2003. 150 Cara untuk Membantu Anak Meraih Sukses (Alih bahasa : Grace Satyadi). Jakarta : Erlangga.
Krulik, N., 2000. Raise Your Child’s Self-Esteem, 99 Easy Things to Do. New York : Scholastic.

1 komentar:

  1. NIce Article Mbak....cocok banget dengan posting saya disini. Tapi tulisan Mbak lebih komprehensif.

    BalasHapus

Terima kasih atas kesediaan Anda memberikan komentar. Komentar yang Anda berikan akan sangat bermanfaat bagi saya dalam mengembangkan tulisan-tulisan saya.